Romy:
Selamat pagi pak MYM, mohon bertanya mengenai bahasa lidah, apakah ada 1 atau 2 jenis bahasa lidah (known languages seperti di Kisah Rasul, atau unintelligible language seperti di Korintus)? Kalo hanya 1 jenis yaitu know languages, bagaimana kita menjelaskan 1 Korintus 14, yang sering dipakai untuk mendukung pemahaman ada bahasa lidah dalam arti unintelligible language? Lalu bahasa lidah di Kisah Rasul, apakah itu sebenarnya "the gift of speaking or listening" (dalam arti berbicara dalam bahasanya sendiri, namun si pendengar mendengarnya dalam bahasa mereka masing2)? Terima kasih.
MYM:
Tidak ada dua jenis bahasa lidah, hanya ada satu saja. Cuma manisfestasinya yang berbeda. Yang ada di Kisah Para Rasul 2 itu adalah manifestasi lengkap, di mana para rasul berbicara dalam bahasa mereka sehari-hari dan langsung diterjemahkan oleh Roh Kudus ke dalam telinga masing-masing pendengar sesuai dengan bahasa mereka masing-masing. Yang dipraktekkan di jemaat Korintus juga sama, yakni bahasa lidah, artinya bahasa yang ada dan dipakai di dunia ini. Bukan seperti anggapan orang Kharismatik, di mana dikira sebagai bahasa malaikat atau bahasa surgawi. Tetapi, manisfetasi bahasa lidah yang di Korintus tidak lengkap seperti yang terjadi di Kisah Para Rasul 2. Apa yang terjadi adalah bahwa mereka berbicara dalam bahasa lain (bahasa yang ada di dunia ini dan tidak dipahami jemaat Korintus) namun tidak secara otomatis diterjemahkan oleh Roh Kudus seperti terjadi dalam Kisah Para Rasul 2. Maka perlu orang lain, yang memiliki karunia menafsirkan/menerjemahkan agar jemaat Korintus bisa memahaminya dalam bahasa mereka sendiri. Jadi, kalau anda teliti, apa yang terjadi dalam jemaat Korintus itu merupakan kebalikan dari yang terjadi di Kisah Para Rasul 2 dan sifatnya tidak lengkap. Artinya dalam Kisah Para Rasul 2, para rasul berbicara dalam Bahasa Aramaic dan diterjemahkan oleh Roh Kudus ke telinga masing-masing pendengar sesuai bahasa masing-masing. Sedangkan di Korintus, yang terjadi adalah kebalikannya, yakni, jemaat berbicara dalam bahasa lain yang mereka tidak pahami, dan tidak diterjemahkan oleh Roh Kudus secara langsung. Nah, untuk dapat memahaminya, maka perlu seorang penerjemah yakni yang memiliki karunia menafsirkan bahasa. Semoga anda paham.
(Dari tanya jawab di group WA GKKR)
Komentar
Posting Komentar